Katanya kalo
kepalamu penuh, terlalu berisik, ataupun hatimu sesak, menulislah. Tulislah
apapun yang melintas di kepalamu. Keluarkan resah dan ganjalan hatimu.
Katanya..
Saat ini kepalaku berisik dan hatiku penuh sesak. Kalau istilah
Mandarinnya 'juede hen men' [觉得很闷]. Saat ini aku bahkan tak tahu apa yang
mau kutulis. Meracau. Menumpahkan unek-unek dan segala racauan yang melintas di
kepalaku. Aku bahkan tak juga tahu kenapa aku seperti ini. Padahal saat ini
tepat satu hari menuju hari bahagiaku. Dan aku tak tahu apa yang harus
kuharapkan.
Perasaanku saat ini campur aduk. Takut, sedih, dan cemas adalah rasa yang paling mendominasi. Mungkin ada rasa tak sabar, bahkan gembira di antaranya. Namun sayangnya mereka tenggelam didominasi rasa cemas, dan juga panik. Cemas dan panik untuk apa? Entah..
Mungkin aku merasa
takut akan apa yang ada di depanku. Bayangan akan memasuki gerbang kehidupan
baru membuatku cemas, padahal hal yang dicemaskan bukan yang penting, yang
sebenarnya tidak perlu dicemaskan. Iya, aku memiliki kecenderungan untuk
mencemaskan hal-hal yang entah. Bukan memproklamirkan bahwa aku memiliki
gangguan kecemasan -karena kita tidak bisa sembarangan mengklaim diri sendiri
memiliki gangguan psikologis ini dan itu- aku hanya mengatakan aku memiliki
kecenderungannya. Walaupun mungkin bagi kalian salah.
Aku mudah gugup dan panik. Apalagi kalau
banyak hal yang berjalan di luar kendaliku. Pun ketika aku memasuki lingkungan
dan suasana baru. Selama bertahun-tahun aku berusaha untuk belajar
mengendalikan rasa gugup dan cemasku, apalagi ketika berbicara di depan banyak
orang, atau hanya sekadar bertemu orang baru.
Saat ini bisa
dibilang aku hanya tinggal selangkah menuju hidup baru. Beserta segala daftar
persiapan yang masih harus dikerjakan. Tentu saja masih banyak daftar yang
kurang. Dan kekurangan itu membuatku cemas, dan mengganggu tidurku. Sudah dua
minggu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, selalu terbangun dengan mimpi-mimpi
yang aneh.
Mungkin orang lain
menganggapku aneh. Tidak apa-apa, aku sudah biasa. Anehnya lagi karena aku
merasa sedih padahal aku akan memulai hidup baru dengan seseorang yang sudah
kupilih untuk menghabiskan sisa hidupku dengannya. Tanpa sadar, banyak
suara-suara di kepalaku yang berbisik akan sedikit kisah dan trauma masa lalu.
Aku takut untuk benar-benar merasakan bahagia. Takut kalau ternyata bahagiaku
itu cuma ilusi belaka. Semu.
Aku takut gelap. Aku
juga takut sendirian. Kesepian. Tapi di lain waktu aku bisa menikmati gelap dan
kesendirian, beserta sepi yang mengikutinya. Iya, aku tahu aku memang manusia
aneh. Normal? Aku bahkan tidak tahu apa itu normal. Pola pikirku terlalu rumit.
Aku bahkan tidak bisa menyampaikan sesuatu dengan cara yang sederhana. Tetap
saja bagi orang lain masih terlalu rumit untuk bisa ditangkap.
Ketika orang lain
bisa menyalurkan emosi mereka dengan menangis, aku hanya bisa diam dan
merasakan sesak di dada. Lalu kemarahan menggangguku. Sepertinya aku hanya bisa
merasa marah. Padahal tidak. Aku merasakan sedih, banyak kesedihan terperangkap
di dalam dadaku. Kesedihan yang kutolak untuk kurasakan -karena kata
orang-orang kita tidak boleh sedih, atau marah- kesedihan yang kuanggap tidak
ada.
Padahal, segala rasa
yang mampir sudah sepantasnya diberikan ruang untuk diakui, untuk dirasa.
Sehingga mereka bisa pergi, dan hatiku menjadi lapang. Perasaan dan emosi yang
ditolak pada akhirnya akan berkumpul di dalam ruang hatimu, kemudian akhirnya
berkecamuk menjadi badai. Pada akhirnya aku akan menjadi seperti bom waktu.
Berkumpul menghitung waktu dan menunggu untuk meledak.
Jadi daripada aku
meracau menggangu orang lain, lebih baik aku menuliskannya di sini. Toh aku
memiliki wadah untuk bercerita dan berkeluh kesah. Lagipula siapa juga yang membaca tulisan di bagian curhat? Oh, akupun tidak berniat
untuk berperan sebagai korban, atau istilah kerennya playing victim. Aku hanya
ingin menulis untuk menumpahkan segala rasa resah dan cemas di dalam hatiku,
supaya kepalaku bisa sedikit hening dan aku bisa tidur dengan nyenyak.
Kau tahu? Tidak bisa
tidur nyenyak sementara kepalamu berputar dan berteriak itu menyebalkan. It's reallly sucks, you know...
Sabtu dini hari, 12:34.
Hujan di satu hari menjelang hari pernikahanku.
Ditemani lagu Dear
God yang dibawakan oleh Avenged Sevenfold
Foto dicomot dari twitter dan postingan path teman saya.
No comments:
Post a Comment