Peringatan!: Isi postingan ini NSFW karena mengandung foto porno makanan dari jarak dekat. Sebaiknya dibaca dan dilihat dalam keadaan sudah mengisi perut sebelumnya.
Kapan kamu terakhir ke festival makanan nusantara? Saya 2 minggu yang lalu!
Sabtu dan Minggu 14-15 April 2018 kemarin, saya menyambangi Festival Jajanan Bango 2018. Rasanya ini merupakan FJB kedua (atau ketiga?) yang saya datangi. Festival yang dulu masih ada Pak Bondan [Jadi sedih kalo ingat Pak Bondan. RIP ya, pak. :)]. Tahun-tahun sebelumnya selalu ada halangan untuk hadir, entah jadwalnya bentrok atau saya yang kurang fit. Kali ini selama dua hari festival berlangsung, saya datang di keduanya. Hari pertama saya datang atas undangan Mas Arie Parikesit bersama teman-teman blogger yang juga tukang makan, sedangkan hari kedua saya datang dengan mengajak ibu saya.
Di hari pertama, kami berkumpul bersama di tenda media untuk mendapatkan kata sambutan oleh bapak pejabat Mas Arie Parikesit. Mas Arie menjelaskan tentang Festival Jajanan Bango 2018 kali ini yang bertemakan soto. Gak heran di #FJB2018 ini ada 15 jenis soto yang hadir. Sebenarnya tema ini merupakan bentuk dukungan terhadap salah satu program Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Bekraf) di bidang kuliner, yaitu 'Kuliner Rasa Indonesia Mendunia". Dengan tema ini diharapkan nantinya soto bisa semakin dikenal di kancah internasional.
Setelah penjelasan selesai, kemudian (rencananya) berkeliling bersama-sama. Pada akhirnya sih kami berpisah berkeliling sendiri-sendiri ataupun berkelompok. Seleksi alam berdasarkan selera makanan kali ya? Hehe Hari pertama ini, panasnya luar biasa. Kami sampai bolak-balik ngadem (dan makan) di tenda saking panasnya.
Di acara FJB 2018 ini disediakan banyak area makan. Jumlah meja dan kursi disediakan cukup banyak, selain itu ada area makan lesehan dan meja tinggi (untuk yang gak kebagian meja kursi dan ingin makan sambil berdiri) di depan panggung. Di masing-masingarea makan disediakan kipas angin supaya pengunjung tetap merasa nyaman. Air minum (dan es krim kopyor!) gratis juga disediakan di sana.
Setelah berputar sebentar dan melirik makanan yang sudah dibeli oleh teman-teman, akhirnya saya memutuskan makanan pertama saya yaitu SATE KLATAK Mak Adi! Bahagia banget saya kemarin. Sate favorit saya yang belinya jauh banget ini, bisa didapatkan di FJB 2018. Sate ini adalah sate khas Yogyakarta, Imogiri tepatnya. Soalnya kalau mau beli sate klatak yang enak biasanya di Imogiri sih.
Sate klatak adalah sate kambing dengan potongan besar-besar dan berbumbu lada dan garam. Menggunakan potongan daging kambing muda, sate ini rasanya empuk dan gak amis sama sekali. Yang khas dari sate ini adalah tidak seperti sate pada umumnya yang menggunakan tusuk bambu, sate klatak ini dibakar di atas arang dengan menggunakan jeruji sepeda. Kalau pada FJB 2018 ini sih gak pake jeruji ya, soalnya kan susah juga harus menyediakan entah berapa ratus jeruji yang menyebar seantero lokasi festival. Satu porsi sate klatak ini berisikan dua tusuk sate. Di FJB 2018 ini seporsi sate klatak dengan nasi bisa didapatkan dengan harga 25 ribu rupiah (eh, apa 35 ribu ya?).
Saya makan seporsi Soto Pindang Iga karena penasaran dengan namanya. Soto atau pindang? Biasanya kan soto sendiri, pindang sendiri. Selain itu warnanya juga menarik perhatian saya, MERAH! Biasanya yang merah itu pedas, walaupun tidak selalu sih. Saya suka makanan berkuah, pedas, dan asam. Jadi sepertinya menu ini cocok dengan lidah saya, begitu harap saya ketika memesan soto ini. Soto pindang iga berisikan iga (tentunya!), cabe rawit merah, tomat, nanas, dan ditaburi dengan kemangi goreng. Slurp!
Seporsi soto pindang iga dan nasi bisa didapatkan dengan harga 35 ribu. Saya sempat bertanya di mana lokasi mereka biasa berjualan, katanya sih kios tetap mereka ada di Plaza Semanggi. Jadi kalau kalian penasaran bagaimana rasanya, bisa coba datang ke food court yang ada di lantai atas. Saya sendiri kalau berkunjung ke mal itu, mungkin akan menyempatkan diri mampir ke sana.
Selain dua makanan itu, saya juga sempat icip-icip makanan yang dibeli teman-teman yang lain.
Bakso Ati Raja (?) punya Umen.
Mi Aceh Seulawah punya Mas IamBadung
Mi Cakalang Rumah Palem punya Mas Sketsagram
Sate Beureum Mang Soleh punya Eno.
(Kayaknya) Sroto Sukaraja punya Ratri
Bacang Ny. Lena punya Mas Arie
Sambal Belut Pak Sabar dari Bantul punya Mas Arie
Rujak Cingur punya Mas Arie.
Hari Kedua
Hari kedua makan apa? SATE KLATAK LAGI DONG! Mumpung deket gak usah ke Jogja kaaan.. Ibu saya suka daging kambing juga soalnya, biar kali ini beliau bisa ikut mencoba.
Biar imbang ketemu kuah-kuah (dan sesuai tema) saya memesan soto lagi. Kali ini saya pesannya coto, bukan soto. Tau dong kalo ngomongnya coto berarti asalnya dari mana? YAK BETUL DARI BALIKPAPAN! Eh, engga. Dari Makassar maksudnya.
Pilihan isi coto Makassar ini ada daging dan jeroan. Seperti biasa, saya pilih yang daging aja karena emang kurang suka jeroan. Bisa sih makan, tapi pilih-pilih dan tergantung mood. Sewaktu saya ngetwit kemarin itu, ada beberapa yang ngasih respon kalo misalnya khas coto Makassar itu merupakan usus. Emang iya? Kalo gitu mungkin nanti saya cobain yang isi usus kali ya. Apalagi kalo dapat kesempatan nyobain coto langsung di kota asalnya Makassar. Ehe!
Coto Makassar ini tidak disajikan dengan nasi, tapi dengan buras. Buras itu dibuat dari beras. Mirip dengan lontong tapi bentuknya tidak bulat, lebih pipih gepeng. Seporsi coto Makassar Pelangi harganya 35 ribu rupiah.
Daftar nama kios makanan di FJB 2018 Jakarta
Biar imbang ketemu kuah-kuah (dan sesuai tema) saya memesan soto lagi. Kali ini saya pesannya coto, bukan soto. Tau dong kalo ngomongnya coto berarti asalnya dari mana? YAK BETUL DARI BALIKPAPAN! Eh, engga. Dari Makassar maksudnya.
Coto Makassar Pelangi
Pilihan isi coto Makassar ini ada daging dan jeroan. Seperti biasa, saya pilih yang daging aja karena emang kurang suka jeroan. Bisa sih makan, tapi pilih-pilih dan tergantung mood. Sewaktu saya ngetwit kemarin itu, ada beberapa yang ngasih respon kalo misalnya khas coto Makassar itu merupakan usus. Emang iya? Kalo gitu mungkin nanti saya cobain yang isi usus kali ya. Apalagi kalo dapat kesempatan nyobain coto langsung di kota asalnya Makassar. Ehe!
Coto Makassar ini tidak disajikan dengan nasi, tapi dengan buras. Buras itu dibuat dari beras. Mirip dengan lontong tapi bentuknya tidak bulat, lebih pipih gepeng. Seporsi coto Makassar Pelangi harganya 35 ribu rupiah.
Ada cerita lucu ketika saya mengajak ibu saya ke sini. Ceritanya kan saya memesan coto Makassar lalu sebelum makan seperti biasa dong, foto-foto dulu. Nah, saya sendokin daging lalu minta tolong ibu saya untuk pegangin sendok supaya kelihatan daging di dalam coto. Eh, sama ibu saya dengan polosnya malah disuap ke mulut sendoknya, bukannya dipegangin. "Loh, itu minta tolong pegangin buat difoto, Mah, bukan buat dimakan." Hahaha Setelah dijelasin tujuannya untuk apa, barulah ibu ngerti dan malah ikut tertawa.
Ohiyaa, hari kedua ini saya beruntung bisa mendapatkan Bacang Ny. Lena gratis! Kok bisa? Jadi hari kedua saya datang ini kan saya ngetwit, lalu mas Ari yang melihat twit saya ini nanya apakah saya mau bacang gratis atau gak. YA MAU LAH! Syaratnya cuma foto sama Opa Penol di kios Bacang Ny. Lena (MAKASIH OPA!). Syarat lainnya sih bacangnya harus dimakan di tempat. Sebenarnya sih saya udah kenyang, tapi demi makanan enak langsung menyediakan ruang di lambung.
Bacang spesial Ny. Lena ini gede, jadi makan satu aja dipastikan kenyang. Ada dua jenis bacang Ny. Lena, yaitu spesial dan biasa. Untuk spesial berisikan ayam cincang, jamur, dan telur asin; sedangkan yang biasa berisikan ayam. Jenis pokoknya sendiri ada dua, bisa beras (nasi) atau ketan. Pada acara FJB 2018 kayaknya cuma dijual yang spesial aja deh. Satu buah Bacang spesial harganya 35 ribu rupiah. Berhubung saya dikasih bacang spesial yang isinya ketan, jadi untuk bungkus saya beli yang isi nasi. Ah, sambil nulis ini jadi pengen makan bacangnya lagi kaaan!
Saya juga sempat beli (lagi) Soto Pindang Iga untuk dibungkus bawa pulang daaaan juga klappertaart. Hari pertama sudah sempat mampir di kios Klappertaart Online tapi cuma untuk ambil foto aja, lalu lupa beli. Untungnya hari kedua gak lupaaa.
Di hari kedua sebenarnya saya sempat sedih. Soalnya karena Mbak Penjaga Tiket lupa, uang kembalian saya tidak dikembalikan oleh mbaknya. Pas sudah masuk dan mau jajan, saya baru sadar kalau uang saya belum dikembalikan. Jadi saya balik lagi ke depan loket untuk menanyakan nasib uang saya. Menurut mbaknya, karena tidak ada kelebihan uang di tangannya, laporan tidak dianggap dan tidak ada pengembalian uang. Lumayan tambah dikit bisa jajan sate klathak dua porsi kan. Sedih. :'(
Menurut saya, Festival Jajanan Bango ini cukup konsisten dalam menghadirkan masakan nusantara dari berbagai daerah yang cukup mewakili daerahnya. Yang lolos seleksi untuk dapat berjualan di dalam festival adalah penjual yang namanya sudah benar-benar terkenal dengan masakannya itu. Tidak seperti festival jajanan pada umumnya, yang isinya sering tidak sesuai dengan judul. Alih-alih memasukkan makanan khas nusantara, yang dijual di situ malah makanan standar yang sebenarnya bisa didapatkan di pinggir jalan. Macam sate ayam biasa atau soto ayam biasa.
Festival Jajanan Bango 2018 ini diadakan di 2 kota. Untuk Jakarta sih sudah diselenggarakan 2 minggu yang lalu ya; sedangkan untuk kota selanjutnya Makassar akan diadakan pada tanggal 5-6 Mei 2018. Info lebih lengkapnya bisa follow dan cek media sosial Bango di Facebook, Twitter, Instagram, dan juga di situs resmi Bango. Untuk yang tinggal di Makassar, catat tanggalnya dan jangan sampai ketinggalan yaa!
Ngomong-ngomong, kamu yang di Jabodetabek, kemarin kamu sempat ke FJB 2018 gak? Makan apa aja pas di sana?
Suasana Festival Jajanan Bango 2018
Mas Arie bersama es teh manis kesayangan lima ribu dua gelas
Wajah kepanasan tapi bahagia karena makan enak!*
Terima kasih Mas Arie dan Bango untuk festival dan makan-makannyaa!
*Foto lupa punya siapa. xD
*Foto lupa punya siapa. xD
UNTUNG GW GAK IKUTAN LAU KE SANAAAAAA....BAHAYAAAAA...HAHAK
ReplyDeletedih gitu.. padahal makanan enak semua.. :))
Delete