Sunday, January 13, 2013

Kehilangan dan Kesendirian


Manusia lekat akan kehilangan, dan akan selalu bertemu kehilangan satu, dua dan seterusnya silih berganti...
Mengapa ujian "dasar" manusia kesendirian? karena ujian selanjutnya adalah manajemen kebersamaan... ga ada yang abadi..selalu ada yang datang dan pergi...
Melawan ketakutanmu sendiri aja kalah gimana melawan ketakutan dari luar?

Kata-kata Biolahitam ini membuatku berpikir kembali, mengingatkanku. Bahwa pada dasarnya manusia itu memang sendirian. Waktu itu aku sudah pernah ditampar soal ini. Merasa sendirian dan kesepian karena aku merasa semua orang meninggalkanku. Bahkan seseorang yang berjanji untuk bersamaku dan menarikku dari kegelapan. Mungkin aku menaruh harapan yang salah. Dan mungkin seharusnya aku tidak berharap sama sekali.


Hope, not expectation.

But I get my lesson..
Dan sekarang aku sedang diingatkan lagi kalau ujianku belum selesai. Masih banyak dan waktunya masih panjang. Tinggal gimana caraku menyikapi segala ujian yang terjadi padaku. Kalau ujian yang datang masih berupa variasi dari ujian yang sama, ya berarti aku memang belum lulus ujian. Mungkin kelemahanku ada di situ, jadi aku diuji supaya aku kuat di bagian itu. Tapi bukan berarti aku selalu bisa menghadapinya. Yang sudah-sudah aku pasti jatuh.

Manusia, barang, hal, kesempatan, momen, dsb datang dan pergi. Dinikmati saja apa yang ada sekarang. Belajar ikhlas.. Akan ada yang datang untuk kemudian pergi tanpa pertanda.. Ketika ada yang datang, siap-siap saja akan kepergian. Siapin hati.

Ternyata hatiku belum siap akan kepergian. Aku masih berduka akan kepergian. Menurutku berduka akan kepergian ya jelas tidak salah. Aku masih memiliki perasaan. Tapi kalau aku tidak segera keluar dari kedukaan, seperti yang sudah-sudah.. aku akan tenggelam dalam duka..

Sebenarnya apa yang kubicarakan di sini?
Entah..

Mungkin (lagi-lagi) masalah ikhlas dan soal memaafkan. Ikhlas akan segala ketentuanNya dan memaafkan diriku sendiri atas segala apa yang terjadi. Memafkan orang lain itu (lebih) mudah, yang paling sulit adalah memaafkan diri sendiri. Apalagi untuk sesuatu yang memang begitu jalannya, bukan salahku. 

Dan ini semua memang berhubungan dengan ilmu ikhlas. Ikhlas itu sulit. Buktinya aku terus menerus diuji soal keihklasan. Aku tau Tuhan itu baik, sangat baik. Dan aku tau bahwa Dia mencintaiku. Lalu kenapa aku masih marah dan belum bisa menerima ketentuanNya dengan ikhlas?


Saat ini aku sedang mencoba mengurai isi kepalaku, seperti biasa. Siapa tau setelah ini hidupku sedikit tercerahkan..

2 comments:

  1. Replies
    1. Perlu proses, beb. Prosesku juga panjang. Ada beberapa hal yang sudah bisa aku ikhlaskan, dan masih banyak hal lainnya yang belum. Semoga kamu bisa cepat ikhlas. :')

      Delete